A. Kepribadian
dan Perilaku Konsumen
Kepribadian
adalah karakteristik psikologis seseorang yang menentukan dan merefleksikan
bagaimana seseorang merespon lingkungannya (Shiffman dan Kanuk, 2000).
Berdasarkan definisi ini terlihat bahwa yang ditekankan adalah
karakter-karakter internal termasuk di dalamnya atribut, sifat, tindakan yang
membedakannya dengan orang lain. Secara praktis konsep kepribadian dapat
didefinisikan sebagai seperangkat pola perasaan, pemikiran dan perilaku yang
unik yang menjadi standar respon konsumen untuk berbagai situasi.
Dilihat
dari sudut pandang pemasaran, minat terhadap kepribadian terutama adalah untuk
melihat bagaimana kepribadian kosumen mempengaruhi perilakunya. Karena
pemahaman terhadap kepribadian akan membantu memahami perilaku konsumen. Ciri-ciri
kepribadian membedakan antara konsumen yang inovatif dan yang tidak (Shiffman
dan Kanuk, 2000), termasuk disisni ciri kepribadian yang dogmatis. Orang dengan
dogmatis tinggi, sulit menerima sesuatu yang baru karena keyakinan orang ini
terhadap sesuatu yang sudah diketahuinya sangat kuat. Untuk mempengaruhinya,
harus digunakan figure yang berkuasa seperti selebriti serta tokoh-tokoh masyarakat
yang dikagumi. Sebaliknya, orang dengan dogmatis rendah lebih bisa menerima
sesuatu yang baru. Mereka lebih bisa dipengaruhi oleh informasi produk yang
menekankan pada pebedaan dengan produk lain secara factual dan juga informasi tentang
kegunaan produk.
B. Karakteristik
Pribadi Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Keputusan membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
seperti:
- Umur dan tahap daur hidup pekerjaan
- Situasi ekonomi
- Gaya hidup
- Kepribadian dan konsep diri pembeli
C. Konsumen
Kata konsumen berasal dari bahasa Belanda yaitu
consumptie yang artinya adalah konsumsi atau mengkonsumsi. Konsumsi adalah
suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu
benda, baik berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
secara langsung. Jadi pengertian konsumen adalah setiap orang pemakai barang
dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali maka
dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu
rahasia lagi bahwa konsumen adalah raja sebenarnya oleh karena itu produsen
yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua
yang menjadi hak-hak konsumen.
Perilaku Konsumen Rasional
Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika
memperhatikan hal-hal berikut:
- Barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen
- Barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen
- Mutu barang terjamin
- Harga sesuai dengan kemampuan konsumen
Suatu perilaku mengkonsumsi dapat dikatakan tidak dikatakan rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegunaannya terlebih dahulu, contohnya seperti:
- Tertarik dengan promosi atau iklan di medi cetak maupun elektronik
- Memiliki merek yang sudah dikenal banyak konsumen
- Ada bursa obral atau bonus-bonus serta diskon
- Prestise atau gengsi
D. Teori-teori
Kepribadian
Terdapat banyak teori tentang kepribadian,setidaknya
terdapat 4 perspektif pada kepribadian:
a). Psychodynamic Theory
Teori ini
diciptakan oleh Sigmund Freud dan merupakam tongak awal psikologi modern.
Disini dirumuskan dengan premis bahwa kebutuhan tau dorongan yang tidak
disadari (unconscious need) konsumen terutama dorongan biologis dan seksual
merupakan inti dari motivasi dan kepribadian. Ada tiga sistem yang berinteraksi
dalam kepribadian manusia, yaitu: id (pusat dari semua dorongan-dorongan
primitive dan implusive), superego (ekspresi
individual tentang perilaku yang dibenarkan menurut norma dan etika sosial) dan
ego (pengendalian diri yang disadari individu). Freud juga menekankan bahwa kepribadian
individu dibentuk ketika ia melalui beberapa tahap khas perkembangan bayi dan
masa kanak-kanak. Tahap-tahap ini terdiri dari tahap oral, anal, phallic, laten
dan genital. Menurut tori Freud kepribadian orang dewasa ditentukan oleh
seberapa baik dia menghadapi krisis yang dialami selama melalui setiap tahap
ini. Para peneliti yang menerapkan teori psikionalitis Freud pada studi
kepribadian konsumen percaya bahwa dorongan pada diri manusia sebagian besar
tidak disadari dan bahwa para konsumen terutama tidak menyadari alasan mereka
yang sebenarnya atas pembelian barang atau jasa tertentu. Para peneliti ini
cenderung memandang bahwa pembelian konsumen dan kepemilikan barang oleh
konsumen sebagai cerminan dari kepribadian individu yang bersangkutan.
·
b). Neo-Freudian
Personality Theory
Penganut Neo-Freud
percaya bahwa hubungan sosial menjadi dasar pembentukan dan pengembangan
kepribadian. Berbeda dari pandangan Freud bahwa kepribadian bersumber dari
insting manusia secara alamiah, Karent Hornet salah satu peneliti teori ini
mengajukan sebuah mekanisme yang dialui individual dalam rangka mencari jalan
keluar dari konflik yang menggelisahkan. Menurutnya individu dapat dibedakan
menjadi 3 kepribadian, yaitu: compliant individual adalah individu yang
cenderung mendekati orang lain (mereka ingin disayangi, dibutuhkan dan
diharapkan), agressives individual dalah individu yang cenderung menantang
orang lain (mereka ingin mengungguli dan dikagumi), detached individual adalah individu
yang cenderung menjauhi orang lain (mereka menginginkan kebebasan, kepercayaan
diri dan memenuhi kebutuhan sendiri).
·
c). Trait
Theory
Trait theory menggunakan
asumsi dasar bahwa semua individu memiliki karakter berbeda, karakter tersebut
bersifat konsisten dan dapat diukur perbedaannya antara individu yang satu
dengan yang lain. Costa dan McCrae (1992; dalam Walzuch, 2001) membagi karakter
manusia menjadi 5 yaitu: extraversion (mereka yang suka berada di dunia lain
selain dunia mereka sendiri), neuoritsm (karakter ini ditandai dengan kondisi
emosi yang tidak stabil, pesimis dan kepercayaan diri yang rendah),
agreebleness (cenderung berkeyakinan positif dan menghargai nilai-nilai orang
lain serta peduli pada norma-norma masyarakat), conscientiousness (cenderung
penuh tanggung jawab, penuh dedikasi, dan dapat dipercaya), dan openess to
experience (keterbukaan cara berpikir dan mau menerima konsep-konsep baru).
·
d). Carl
Jung theory
Carl Jung berpendapat dalam psikologi terdapat 2 dimensi
cara berperilaku dan 4 fungsi dasar psikologi. Dua dimensi berorientasi dan
menggambarkan tentang arah aliran energi psikis yaitu extroversion dan introversion.
Extroversion adalah energi psikis yang diarahkan untuk mewujudkan dunia luar
atau sesuatu. Sedangkan introversion adalah energi psikis yang fokus paa
proses-proses psikis internal yang meliputi perasaan dan ide-ide pemikiran.
Empat fungsi dasar psikologi yaitu: sensasi (sesuatu yang menjembatani aliran
masuknya informasi ke dalam benak konsumen), intuisi (kemampuan melihat sesuatu
yang tidak nampak dan selalu berusaha melihat pola besarnya), berpikir
(menggunakan kemampua intelektualnya unuk melakukan pertimbangan sebelum melakukan
sesuatu), dan perasaan (menggunakan nilai-nilai pribadi dan perasaannya dalam
proses pemecahan masalah).
E. Dimensi
Kepribadian
7 dimensi psikologi kepribadian manusia:
- Dimensi Intelektual, yaitu bagaimana seseorang berpikir, wawasannya, pemahamannya, alasannya, logika, dan pertimbangannya.
- Dimensi Temperamental, yaitu sikap dan kepribadian atau watak seseorang seperti: tenang, pemarah, pemalu atau dramatis.
- Dimensi Emosional, yaitu reaksi emosi seseorang seperti: menangis, sedih, bahagia, kacau, over sensitive, histeris, depresi dan optimis.
- Dimensi Kebebasan, yaitu keputusan yang sadar akan keinginan, harapan dan kemampuan untuk mewujudkan keinginan apakah menjadi lebih baik, bahagia, tertawa, menjadi diri sendiri, kesedihan, merasa tidak bahagia, dan marah.
- Dimensi Imajinatif, yaitu bentuk gambar dan ide dalam pemikiran dan imajinasi anda untuk selalu mengharapkan dan melihat skenario yang salah atau melihat ke depan awal yang baru dan tahap yang lebih baik.
- Dimensi Sosial, yaitu tingkah laku manusia dalam kelompok sosial atau keluarga.
- Dimensi Normatif, yaitu norma-norma, nilai-nilai dari pokok moral yang akan mempengaruhi tingkah laku kita. Kita berbeda karena terpengaruh oleh dimensi psikologis, latar belakang, watak kita dan lingkungan dimana kita tinggal. Jangan pernah menghakimi orang lain karena mereka tidak berkuasa, tidak suksesatau lemah. Tempatkan diri anda lalu putuskan bagaimana anda akan bereaksi dalam keadaan tersebut.
F. Gaya
Hidup
Gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang
diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu (aktivitas), apa yang
mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka
pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya (pendapat).
Gaya hidup hanyalah salah satu cara megelompokkan konsumen secara psikografis,
gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menhabiskan waktu dan
uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan dengan kawan-kawannya, ada yang
senang menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan
aktivitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki waktu luang dan uang lebih
untuk kegiatan sosial dan keagamaan. Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang
dan akhirnya menentukan pilihan konsumsi seseorang.
Gaya
hidup menurut Hair dan McDaniel adalah cara hidup yang diidentifikasi melalui
aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Penilaian gaya hidup dapat
dilakukan melalui analisa psychografi. Psychografi merupakan teknik analisis
untuk mengetahui gaya hidup konsumen sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan
karakteristik gaya hidupnya. Menurut Kasali gaya hidup mencerminkan bagaimana
seseorang menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas, minat
dan opininya. Pendekatan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumen
berdasarkan variabel-variabel aktivitas, minat, dan opini. Menurut Setiadi
sikap tertentu yang dimiliki konsumen terhadap suatu objek tertentu bisa
mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang juga bisa dilihat dari apa
yang disenangi dan pendapat terhadap objek tertentu.
G. Nilai
dan Gaya Hidup
Nilai
(value) merupakan kata sifat yang selalu terkait dengan benda, barang, orang
atau hal-hal tertentu yang menyertai kata tersebut. Niali adalah sebuah konsep
yang abstrak yang hanya bisa dipahami jika dikaitkan dengan benda, barang,
orang atau hal-hal tertentu. Pengkaitan nilai dengan hal-hal tertentu itulah
yang menjadikan benda, barang atau hal-hal tertentu dianggap memiliki makna
atau manfaat. Benda purbakala dianggap bernilai karena berguna bagi generasi
penerus untuk mengetahui sejarah masa lampau kita. Video tape recorder meski
kondisinya secara teknis lebih baik, dianggap manfaatnya sudah hilang karena
sudah susah mengoperasikannya mengingat kaset yang menjadi barang
komplementernya tidak bisa lagi diperoleh di pasaran, karena semuanya telah
tergantikan oleh VCD. Dengan demikian yang dimaksud dengan nilai adalah
prinsip, tujuan atau standar sosial yang dipertahankan oleh seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) karena secara intrinsik mengandung makna.
Sedangkan gaya
hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya (Kottler dalam sakinah,2002). Menurut Susanto (dalam
Nugrahani,2003) perpaduan antara
kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak
berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam
gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya, gaya hidup hedonis,
gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.
H. Menggunakan
Karakteristik Gaya Hidup Dalam Strategi Pemasaran
Manfaat memahami gaya hidup konsumen bagi pemasar adalah:
- Segmentasi pasar sasaran.
- Membantu dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan.
- Pemasar dapat menempatkan iklan produknya pada media yang paling cocok.
- Pemasar bisa mengembangkan produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup mereka.
Contoh:
Pada produk susu mengidentifikasi pada beberapa kelompok
gaya hidup konsumen, yaitu:
- Konsumen yang menginginkan kesehatan dan kebutuhan gizinya terpenuhi.
- Kelompok konsumen yang sangat memperhatikan kandungan kadar lemak susu karena takut kegemukan.
- Konsumen yang mengkonsumsi karena kebiasaan saja.
Berdasarkan ketiga kelompok ini maka akan muncul dua
produk yaitu:
Produk dengan kadar lemak dan kandungan gizi yang normal
yang diperuntukkan pada kelompok satu dan tiga. Serta jenis produk kedua yaitu
susu yang mempunyai kadar lemak yang rendah.
I. Pertanyaan
Kajian dan Diskusi
- Apakah ada kaitan antara kepribadian dengan brand yang digunakan seseorang?
- Bagaimana kaitan antara kepribadian seseorang dengan kesediannya untuk mencoba produk baru?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar