Rabu, 06 November 2013

Persepsi Konsumen



A. Stimuli Pemasaran dan Persepsi Konsumen

Stimuli atau stimulus merupakan bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi induvidu. Stimulus Pemasaran adalah setiap komunikasi atau stimuli fisik yang di desain untuk mempengaruhi konsumen. Produk dan komponen-komponennya seperti (kemasan, isi, ciri-ciri fisik) adalah stimuli utama. Komunikasi yang didesain untuk mempengaruhi konsumen adalah stimuli tambahan yang merepresentasikan produk seperti kata-kata, gambar, dan symbol atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk seperti harga, toko tempat produk dijual, dan pengaruh akses.

Persepsi konsumen adalah suatu proses yang membuat seseorang memilih, megorganisasikan, dan menginterpretasikan rangsangan-rangsangan yang diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya. Dari definisi di atas kita mengetahui bahwa seseorang termotivasi untuk membeli dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya, sedangkan apa yang dipersepsikan seseorang dapat cukup berbeda dari kenyataan yang objektif. Individu-individu mungkin memandang pada satu benda yang sama tetapi mempersepsikan atau mendeskripsikannya secara berbeda.


B. Karakteristik Stimulus Yang Mempengaruhi Persepsi
  • Sensory, mempengaruhi bagaimana suatu produk dirasakan meliputi warna, bau dan rasa.
  • Faktor Struktural, meliputi ukuran iklan, posisi penempatan iklan, warna dan kontras.

Karakteristik Konsumen Yang Mempengaruhi Persepsi

Terdapat 5 (lima) karakteristik konsumen yang mempengaruhi persepsi, yaitu:
  1. Membedakan stimulus: apakah konsumen bisa merasakan perbedaan antara dua atau lebih stimuli. Apakah konsumen merasakan perbedaan merk berdasarkan rasa, harga dan bentuk kemasan produk? kenyataannya banyak konsumen yang bisa membedakan merek produk berdasarkan rasa, tetapi ada juga yang tidak bisa. Sehingga pemasar sering menggunakan iklan agar konsumen mampu membedakan merek.
  2.  Tingkat ambang batas (Threshold level) yaitu kemampuan konsumen untuk mendeteksi perbedaan suara, cahaya, bau dll ditentukan oleh tingkat ambang batas yang meliputi: Absolute Threshold yaitu jumlah rangsangan minimum yang dapat dideteksi oleh indera dan Differential Threshold yaitu  kemampuan sistem indera untuk mendeteksi atau membedakan antara dua stimuli.
  3. Subliminal Perception (persepsi bawah sadar) adalah kemampuan konsumen memberikan tanggapan terhadap stimulus yang berada di bawah kesadaran. Contoh; ketika penonton bioskop sedang menikmati film tiba-tiba diberikan dua pesan yang ditayangkan secara cepat sehingga penonton tidak menyadari adanya tayangan pesan tersebut. Tetapi secara mengejutkan penjualan produk tersebut justru meningkat.
  4. Tingkat adaptasi terjadi jika konsumen tidak lagi memperhatikan stimulus yang berulang-ulang. Contoh: ketika konsumen melihat iklan produk diskon 20%, pertama kali konsumen akan tertarik, tetapi jika iklan tersebut ditayangkan terus menerus dan tidak ada perubahan tingkat potongan harga, konsumen sudah terbiasa dan tidak memperhatikan iklan tersebut.
  5. Generelisasi stimulus terjadi jika konsumen melihat dua atau lebih stimulus yang mempunyai kesamaan (hubungan yang dekat) dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya sehinga dapat disubstitusikan. Proses generalisasi sangat dihindari pemasar, karna pemasar berusaha mendiferensiasikan mereknya dengan merek lain. Di pihak lain, pemasar juga mengharapkan generalisasi ketika mereka ingin memperkenalkan produk baru, dengan harapan laku terjual seperti produk yang lama. Kebijakan ini dinamakan family branding. Contoh: produsen sirup ABC memperkenalkan produk baru berupa kecap, sambal, saus, sarden.


C. Proses Persepsi
           
          Persepsi timbul karena adanya stimulus atau rangsangan dari luar yang akan mempengaruhi seseorang melaui kelima alat inderanya yaitu penglihatan, pendengaran, pembauan, perasaan, dan sentuhan. Stimulus tersebut akan diseleksi, diorganisir, dan diinterpretasikan oleh setiap orang dengan caranya masing-masing.

1. Seleksi
Proses persepsi diawali dengan adanya stimuli yang mengenai panca indera yang disebut sebagai sensasi. Stimuli ini beragam bentuknya dan akan selalu memborbardir indera konsumen. Jika dilihat dari aslanya, stimuli yang ada berasal dari individu (seperti aroma, iklan dll) serta yang berasal dari dalam diri individu seperti harapan, kebutuhan, dan pengalaman.

2. Pengorganosasian
Pengorganisasian meliputi gambar dan latar belakang serta pengelompokan. Agar stimuli mudah untuk diberi makna, konsumen akan menghubungkan dan mengaitkan antara gambar dengan dasar serta mengaitkan apa yang ada dengan konteksnya sehingga mempuntai makna. Selain itu konsumen cenderung mengelompokkan stimuli yang mempunyai kesamaan sehingga konsumen akan melihat hal-hal yang masih terpurus atau masih terpotong menjadi satu kesatuan dengan yang lain.

3.Interpretasi
Setelah konsumen mengorganisir stimuli yang ada dan mengkaitkannya dengan informasi yang dimiliki maka agar stimuli tersebut mempunyai makna, konsumen menginterpretasikan atau memberi makna stimuli tersebut.

D. Peran Ekspektasi Pada Persepsi

Zeithaml dan Bitner (1996:77) menyatakan terdapat dua jenis pada ekspektasi, yaitu desire service dan adequate service. Ekspektasi dari konsumen akan menciptakan kedua hal tersebut yang dipengaruhi dari tingkat harapan mereka sendiri. Desired service adalah ekspektasi konsumen dimana konsumen menginginkan mendapatkan pelayanan yang kualitasnya tinggi dan sesuai atau lebih baik dengan apa yang diharapkan pada awalnya. Sedangkan adequate service adalah ekspektasi yang timbul karena konsumen yang sadar bahwa karena alasan tertentu desire service mungkin saja tidak dapat tercapai, sehingga konsumen menurukan harapannya akan suatu kualitas pelayanan ke level yang lebih rendah, namun masih berada pada area yang dapat ditoleransi.

Area pelayanan yang dapat ditoleransi tersebut disebut sebagai zone of tolerance, dimana pada area ini konsumen masih dapat menerima pelayanan yang kurang sesuai dengan apa yang diharapkan (desired service) apabila pelayanan yang diberikan tidak lebih rendah daripada adequate service.


E. Semiotis
             
         Keller memandang komunikasi sebagai tindakan-tindakan, meliputi tindakan memproduksi sesuatu yang dapat diterima oleh akal manusia dengan tujuan untuk membawa manusia lainnya kepada penarikan suatu kesimpulan dari suatu interpretasi. Dalam hal ini Keller menyatakan bahwa komunikasi merupakan guessing game. Kemampuan untuk menyediakan model-model interpretatif bagi mutra tutur untuk menebak tujuan komunikasi disebut Keller sebaga kompetensi semiotis (semiotic competence). Sedangkan pengetahuan yang mendasari kompetensi semiotis disebut sebagai pengetahuan semiotis (semiotic knowledge). Kompetensi semiotis dan penetahuan semiotis adalah kebutuhan logis dari sebuah kpmtensi bahasa. Melalui kemampuan kita untuk menggunakan persepsi secara intertpretatif, serta kemampuan kita untuk menggunakan kemampuan tersebut untuk tujuan komunikasi, tanda-tanda bahasa muncul secara spontan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan hasil dari penggunaan pengetahuan semiotis yang dimilii seseorang untuk mempengaruhi mitranya.


F. Inferensi Perseptual
           
Perseptual adalah kemampuan memahami dan menginterpretasikan informasi sensori atau kemampuan intelek untuk mencarikan makana yang diterima oleh panca indera. Sedangkan inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal dari kesimpulan logisdari premis-premis yang diketahui dan dianggap benar, Kesimpulannya inferensi perseptul adalah tindakan akhir yang sesuai dengan kebenaran informasi yang kita peroleh dari panca indera.


G. Implikasi Pemasaran dan Inferensi Perseptual

Konsumen cenderung membentuk citra terhadap merek, toko dan perusahaan didasarkan pada inferensi mereka yang diperoleh dari stimuli pemasaran dan lingkungan.
Citra: total persepsi terhadap sutu objek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber. Setiap waktu pemasar harus konstan mempengaruhi citra konsumen.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar